Saya tinggal di Padang. Asli orang Minang. Kini sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota ini.
Sejak dulu saya tidak suka berpolitik. Bahkan tidak mengerti. Apa itu politik dan untuk apa itu politik.
Waktu SMA pernah diajak oleh salah seorang untuk menjadi tim sukses. Kerja saya khusus untuk membagi bagikan kalender dan kartu nama calon anggota dewan.
Untuk kerja kerja seperti itu saya dikasih uang pembeli rokok dan sedikit uang bensin untuk motor saya.
Kemudian calon anggota dewan yang baru pensiun jadi PNS itu berjanji pada saya, jika ia berhasil duduk menjadi anggota dewan maka saya akan dimasukkannya menjadi pegawai atau dicarikannya pekerjaan.
Saya memang berniat, setamat SMA untuk bekerja dulu.
Begitu ia mendapatkan kursi, waktu itu persis saya baru selesai menamatkan SMA, maka saya langsung menghubungi dia.
Saya hubungi dia lewat hape, sekali dia mengangkat, katanya dia sedang rapat. Ia menjawab, sehabis rapat ia akan menelpon saya kembali.
Saya menunggu. Satu jam, dua jam, satu hari, dua hari, bahkan sampai satu minggu. Telepon darinya tidak pernah tiba.
Maka saya cobalah untuk menghubungi dia. Telepon masuk, tapi tidak diangkat. Sudah bosan saya menelponnya.
Dia saya lupakan. Tapi, ini membuat saya tidak percaya lagi kepada dia.
Ada setahun saya menganggur tamat SMA. Tahun berikutnya saya lulus ujian dan diterima di salah satu perguruan tinggi di Padang.
Di kampus, banyak kawan kawan saya yang aktif berorganisasi.
Saya memilih untuk tidak ikut kegiatan kegiatan yang beraroma politik politik itu.
Saya hanya tertarik pada kegiatan yang mengembangkan keterampilan, seperti menulis.
Saya bergabung di salah satu komunitas menulis di kota ini.
Maaf.
Saya tidak percaya pada politik. Acap berita yang saya dengar bahwa banyak anggota dewan dan kader politik partai yang megang jabatan terhormat di pemerintahan terlibat korupsi. Beberapa oknum walikota dan bupati yang notabenenya kader partai ada pula yang kena OTT KPK.
Suatu kali di sebuah WA saya mendapat kiriman dari salah seorang kawan sesama mahasiswa sebuah koran digital dalam bentuk PDF. Koran itu bernama Koran Solidaritas.
Di koran itu saya membaca program PSI . Salah satunya, jika PSI menang maka uang kuliah dan BPJS kesehatan gratis bagi seluruh rakyat Indonesia.
Saya membaca berita itu. Alasannya sangat logis dan amat rasional.
Negara kita negara kaya. Jika korupsi dapat dilenyapkan di bumi Indonesia maka gratis uang kuliah dan BPJS bukanlah hayalan, tapi sangat memungkinkan.
Ini pertama kali saya tertarik pada sebuah partai. Namanya PSI.
Partai ini membawa jargon antikorupsi. Apalagi partai ini adalah partai berjiwa muda dan diisi oleh anak anak muda intelektual Indonesia.
Saya mulai memperhatikan PSI.
Saya menyimak, ternyata PSI tegak lurus bersama Jokowi. Tahulah …di Sumbar Raihan suara Jokowi hanya 20 atau 14 persenan .
Padahal di negeri saya, pembangunan yang bersumber dari Anggaran Pusat itu cukup banyak.
Ini yang membuat saya tidak mengerti. Ada apa dan mengapa Jokowi tidak disukai di Sumbar sekalipun Pak Jokowi sangat baik dan peduli kepada pembangunan di Ranah Minang.
Setelah itu, sejak dulu sudah beredar isu di Sumbar yang menyebutkan bahwa Partai PSI adalah partai orang Kristen. Partai orang Tionghoa. Partai orang Hindu.
Saya hampir yakin kalau sekiranya saudara sepupu saya tidak mencalonkan diri sebagai bacaleg di PSI.
Ternyata PSI itu partai terbuka lintas agama, ras dan suku. Ya, mirip dengan partai partai nasional lainnya.
Rupanya pula pendiri PSI itu adalah putra Minangkabau, bernama Jefrie Geovani. Uda Jeffrie ini pernah jadi calon gubernur Sumbar, tapi kalah suara dengan bapak Gamawan Fauzi yang waktu itu terpilih menjadi gubernur.
Ternyata pula, saya mendapat kabar dari saudara sepupu saya itu, di Sumbar itu para bacaleg PSI banyak diisi oleh anak anak muda yang taat beragama dan para tokoh tokoh adat dan ada pula yang menjadi ustadz.
Dari saudara sepupu itu saya mendapat kabar bahwa doktrin PSI adalah berkearifan lokal. Kata saudara sepupu saya di Sumbar PSI tegak lurus dengan filosofi Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dan merawat serta menjaga keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila.
Kini saya percaya kepada saudara sepupu saya. Saya siap untuk menjadi tim suksesnya dan berdoa supaya saudara sepupu saya sukses meraih suara masyarakat untuk menghantarkan ia duduk menjadi anggota dewan terhormat .
Saya percaya pada PSI sebagai partai bersih yang menyebarkan kebajikan dan merawat keragaman dan cinta bangsa.
Saya bukan orang PSI.Yang kader PSI itu saudara sepupu saya. Saya hanya suka pada nilai nilai ideologi PSI yang cinta NKRI.
Pesan saya pada saudara sepupu saya, kalau nanti jadi anggota dewan, tolong hpnya dinyalakan 24 jam…dan jangan melupakan orang orang yang pernah menolongmu dan tetap Istiqomah untuk membantu rakyat susah ! (Penulis adalah seorang mahasiswa tinggal di Kota Padang, Sumatera Barat)